•  Pada postingan berikut ini Penulis akan melampirkan Soal dan Pembahasan OSN Matematika SMP Tingkat Provinsi 2018, dimana pada postingan sebelumnya Penulis telah melampirkan Soal OSN Matematika SMP Tingkat Provinsi 2018.  Pembahasan yang Penulis susun masih bersifat terbuka untuk diskusi tentang pembahasannya.
  •  Alhamdulillahirobbil alamin, patut kita bersyukur kepada Allah SWT. karena pelaksanaan OSN Tingkat Provinsi Tahun 2018 telah terlakasana dengan baik, yaitu pada tanggal 21 April 2018 yang bertepatan dengan Hari Kartini baik bidang studi Matematika, IPA dan IPS. untuk selanjutnya kita akan mempersiapkan diri untuk menghadapi OSN Tingkat Nasional tahun 2018.
  •  Akhirnya Penulis bisa melampirkan Soal dan Pembahasan OSN Matematika SMP Tingkat Nasional 2016 untuk soal hari kedua. Walaupun akhir-akhir ini banyak sekali kesibukan yang Penulis lakukan disamping menyusun dan mengkoreksi soal Pre Test OSN Guru Matematika SMP Tahun 2016 termasuk mempersiapkan modul pelatihannya, kegiatan kampus, kegiatan sekolah dll........
  •  Alhamdulillahirobbil ‘alamin.... patut Penulis ucapkan karena di sela-sela kesibukan yang Penulis dapatkan pada akhirnya Penulis bisa mempostingkan Soal dan Pembahasan OSN Matematika SMP Tingkat Nasional 2016 Hari Pertama. Dimana pada postingan sebelumnya Penulis sudah mempostingkan Soal OSN Matematika SMP Tingkat Nasional 2016.......
  •  Postingan berikut akan penulis lampirkan tentang Hasil Koreksi OSN SMP Tingkat Provinsi Tahun 2016. Sedangkan Tuan rumah untuk peserta OSN yang lolos Ke Tingkat Nasional Tahun 2016 ini terletak Kota Palembang, Sumatera Selatan. Ajang akbar tahunan ini akan diselenggarakan pada pada 15-21 Mei 2016........
  •  Pada postingan berikut ini Penulis akan melampirkan tentang Soal dan Pembahasan OSN Matematika SMP Tingkat Provinsi 2016 Bagian B: Soal Uraian, dimana pada postingan sebelumnya Penulis telah melampirkan Soal dan Pembahasan OSN Matematika SMP Tingkat Provinsi Tahun 2016 Bagian A: Soal Isian Singkat.......
  •  Pada postingan berikut ini Penulis akan melampirkan Soal dan Pembahasan OSN Matematika SMP Tingkat Provinsi Tahun 2016 Bagian A: Soal Isian Singkat, dimana pada postingan sebelumnya Penulis telah melampirkan Soal OSN Matematika SMP Tingkat Provinsi 2016.......
  •  Alhamdulillahirobbil alamin, patut kita bersyukur kepada Allah SWT. karena pelaksanaan OSN Guru Matematika SMP Tingkat Kabupaten/Kota Tahun 2016 telah terlakasana dengan baik pada tahun ini, baik bidang studi Matematika maupun IPA. untuk selanjutnya kita akan mempersiapkan diri untuk OSN Guru Tingkat Provinsi dan Tingkat Nasional Tahun 2016......
  •  Pada postingan kali ini Penulis akan melampirkan tentang Soal dan Pembahasan OSN Matematika SMP Tingkat Kabupaten/Kota 2016 Bagian B: SoalUraian. Dimana pada postingan sebelumnay Penulis telah mempostingkan Soal dan Pembahasan OSN Matematika SMP Tingkat Kabupaten/Kota 2016 Bagian A.....
  •  Alhamdulillahirobbalil alamin patut kita ucapkan kepada Allah SWT atas terselesainya pelaksanaan Olimpiade Sains Nasional (OSN) Tingkat Kabupaten/Kota Tahun 2016 ini dengan baik dan menarik pada hari Sabtu, tanggal 5 Maret 2016....

Senin, 14 Oktober 2013

Membumikan Makna Qurban dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Oleh: Abdur Rahman As’ari
(Koordinator OSN Matematika SMP dan Pakar Teknologi Pembelajaran Matematika Indonesia)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Beberapa saat lagi kita akan melaksanakan salah satu hari saya (ied) dalam Islam, yaitu Ied al Qurban atau juga lazim disebut dengan Ied al Adha. Bersama-sama dengan Ied al Fitr, dua hari raya ini ditetapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW sebagai pengganti hari raya yang biasa dirayakan oleh kaum Yahudi di Madinah. Namun demikian, kita tidak akan membahas lebih jauh tentang sejarah ditetapkannya Ied al Qurban ini. Kita justru ingin lebih banyak belajar untuk memikirkan kemungkinan pembumiannya di dalam kehidupan sekarang ini.

Dalam konteks Ied al Qurban, ada baiknya kita tengok praktik-praktik peribadatan yang mengiringinya. Peribadatan terkait dengan Ied al Qurban ini bisa kita lihat dari rangkaian ibadah haji, yaitu: (Wuquf di Arafah, Perjalanan dari Arafah, Muzdalifah, dan Mina, Melempar jamarat di Mina, Takbir, Tahlil, dan Tahmid di Masjid al Haram).
Rangkaian ibadah haji tersebut adalah dalam rangka itba’ peristiwa agung oleh keluarga nabi Ibrahim, yaitu Nabi Ibrahim sendiri, alaihis salam, bersama dengan istrinya, Siti Hajar, dan anaknya, Nabi Ismail  alaihis salam. 
Sebagaimana dikisahkan dalam sejarah, Nabi Ibrahim dan Siti Hajar yang sudah sangat tua dan ingin memiliki keturunan pada akhirnya diberi karunia anak yang bernama Ismail. Sebagai anak yang sangat diharapkan kehadirannya, tentulah Ismail sangat disayangi oleh Nabi Ibrahim dan Siti Hajar.
Akan tetapi, ketika menginjak remaja, Nabi Ibrahim a.s. justru diuji oleh ALLAH. Melalui wahyu yang diterima melalui mimpi, Nabi Ibrahim a.s. disuruh menyembelih anak yang sangat dicintainya, Nabi Ismail, a.s.
Kalau kita boleh membayangkan perasaan beliau sebagai manusia biasa, sebagai orang tua yang sangat menyayangi anaknya, tentu berat sekali perasaan nabi Ibrahim a.s. menerima perintah ini. Begitu pula dengan Nabi Ismail a.s. Sebagai manusia yang masih remaja dan memiliki masa depan yang lebih panjang, tentulah Nabi Ismail berpikir mengapa dia yang harus disembelih.
Tapi, demi kebenaran yang mutlak, mereka berdua pun dengan sepenuh hati memenuhi perintah ALLAH SWT. Nabi Ibrahim a.s. menyembelih Nabi Ismail a.s. dan ALLAH pun menerima keikhlasan mereka berdua dengan mengganti Nabi Ismail a.s. dengan domba yang suci bersih. Nabi Ismail a.s. selamat dari ujung belati Nabi Ibrahim, a.s. dan yang tersembelih adalah seekor domba. ALLAHU AKBAR. ALLAHU AKBAR, ALLAHUAKBAR, WALILLAHILHAM.
Tetapi keikhlasan dalam berkorban itu tidak berarti tanpa godaan. Syaithon ar rojiim senantiasa berusaha untuk menggoda dan menggagalkan keikhlasan para nabi agung ini. Kegagalan menggoda Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. tidak menghentikan upaya syaithon ar rojiim untuk mengganggu dan menggoda isti Nabi Ibrahim a.s. yaitu Ibunda Siti Hajar. Sampai-sampai, Ibunda Siti Hajar pun melempari syaithon tersebut dengan batu.
 Makna Qurban
Pengantar tulisan di atas adalah sekelumit cerita tentang asal muasal pemotongan hewan qurban yang saat ini selalu dilakukan pada bulan haji.
Kata Qurban itu sendiri sebenarnya berasal dari kata “Qurb” yang berarti “dekat” dan ditambahkan kata “an” yang berarti “sempurna” sehingga kata “qurban” itu bisa dimaknai dengan kedekatan yang sempurna.
Dengan demikian, penyembelihan Nabi Ismail a.s. oleh Nabi Ibrahim a.s itu adalah wujud dari kedekatan beliau yang sempurna kepada ALLAH SWT. Dengan kedekatan yang sempurna tersebut, beliau bersedia menyembelih anak satu-satunya (waktu itu) yang sangat dicintainya. Kecintaan Nabi Ibrahim a.s kepada ALLAH mengalahkan kecintaannya kepada siapa dan apapun yang ada di muka bumi ini. Bahkan mengalahkan kecintaannya kepada anak yang sangat lama dinanti kehadirannya. Inilah wujud dari Qurban itu.
Manifestasi Qurban Secara Filosofis
Di dalam kehidupan saat ini, praktik Qurban ini banyak disyariatkan dalam agama. Ada praktik ibadah yang dimaksudkan untuk menjadikan kita merasa “Qurban kepada ALLAH” (baca: betul-betul dekat kepada ALLAH), dan ada pula praktik ibadah yang merupakan manifestasi dari ke-Qurban-an kita kepada ALLAH.
1.      Ibadah untuk Mendidik kita Merasa “Qurban kepada ALLAH”
Praktik peribadatan yang mendidik kita agar Qurban kepada ALLAH antara lain adalah: Sholat, dan Puasa.
(a)   Sholat
Kita diwajibkan melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam dan dianjurkan untuk memperbanyak sholat (terutama sholat sunnah). Apa maksudnya? Tentu agar kita dekat kepada ALLAH.
Bukankah di dalam sholat itu kita bercakap-cakap dengan ALLAH. Kita memuja muji ALLAH, kita juga meminta kepada ALLAH. Bahkan ada tuntunan bahwa dalam melaksanakan sholat itu, hendaklah kita melakukannya dengan ihsan, yakni: se akan-akan kita melihat ALLAH, dan meyakinkan diri kalaupun kita tidak mampu melihat ALLAH, niscaya ALLAH senantiasa melihat kita.
Dengan menjalankan praktik sholat secara teratur, tertib, tuma’ninah, ikhlas dan semata-mata mengharapkan ridlo ALLAH, diharapkan kita menjadi orang yang Qurban kepada ALLAH, yaitu orang yang betul-betul dekat dengan ALLAH.
Karena itu, wajar jika orang yang sholatnya baik, yang dengan itu dia menjadi orang yang Qurban kepada ALLAH, orang ini niscara terhindar dari perbuatan keji dan mungkar.
Perilakunya di luar sholat senantiasa memberikan manfaat bagi sesama dan alam sekitarnya. Ini sesuai dengan tuntunan bahwa “Innash sholaat tanha anil fahsyaa i wal munkar” yakni sesungguhnya shola itu akan mencegah kalian dari melakukan perbuatan keji dan mungkar.
(b)   Puasa
Kita juga diajari untuk berpuasa. Puasa artinya imsak atau menahan. Dengan melakukan ibadah puasa, kita dibelajarkan untuk menahan diri. Bahkan dari memakan makanan yang halal pun kita dibelajarkan untuk menahan diri.
Kalau sehari kita tiga kali makan, maka dalam bulan puasa yang hanya dua kali makan pun, kita diajarkan untuk menahan diri. Kita dianjurkan untuk tidak berlebih-lebihan dalam berbuka. Kita dianjurkan untuk tidak semacam melakukan balas dendam ketika berbuka. Berbuka cukup dengan tiga biji kurma dulu, bukan dengan menghabiskan semangkuk es buah, memakan beberapa piring nasi dan lain sebagainya. Berbuka bukanlah untuk balas dendam.
Berpuasa adalah ibadah yang penentuan pahalanya langsung oleh ALLAH. “Puasa untukKU, kata ALLAH, dan AKU sendirilah yang akan membalasnya”. Ini menunjukkan bahwa puasa adalah salah satu syariat yang mendorong status manusia yang Qurban kepada ALLAH.
Ketika berpuasa, manusia berkorban untuk tidak makan, minum, melakukan hubungan seks, semata-mata karena ALLAH. Puasa mendidik kita merasa bahwa ALLAH itu dekat dan mengetahui apa yang dilakukan kita kendati manusia lain tidak mengetahui. Puasa mendidik kita untuk menjadi orang yang Qurban kepada ALLAH.

2.      Ibadah sebagai Manifestasi ke-Qurban-an kita Kepada ALLAH
Ibadah yang merupakan Manifestasi ke-Qurban-an kita kepada ALLAH antara lain  Zakat, Shodaqah, Infaq, dan Haji
(a)   Zakat, Infaq, Shadaqah
Zakat, Infaq, dan Shadaqah adalah ibadah yang mengedepankan kecintaan kepada ALLAH daripada kepada benda, harta yang kita miliki. Ia adalah ibadah yang merupakan wujud ke-Qurban-an kita kepada ALLAH SWT.
Kita lebih memuliakan dan mendahulukan perintah ALLAH untuk memberi (daripada menerima) dengan melepaskan sebagian dari harta, benda yang kita miliki kepada manusia yang memerlukan.
Meskipun harta dan benda yang kita kumpulkan itu kita dapatkan karena kita berusaha dengan keras, dan jerih payah, kita tetap memberikan sebagian daripadanya kepada orang lain (mustahiq). Disinilah tampak wujud dari Qurban kita kepada ALLAH.
Kita merasa bahwa harta yang telah kita kumpulkan itu datangnya karan izin ALLAH semata. ALLAH SWT yang selalu didekat kita memberikan petunjuk, bimbingan dan ridlo sehingga kita bisa memperoleh rezeqiNYA dalam jumlah yang banyak.
Tanpa itu semua, niscaya rezeqi tersebut tidak akan sampai di tangan kita. Jadi, ke-qurban-an kita kepada ALLAH itu pulalah yang menyebabkan kita memiliki harta-harta tersebut. Oleh karena itu, dengan ikhlas kita juga membagikan harta itu kepada para mustahiq.

(b)   Haji
Ibadah haji adalah wujud dari ke-Qurban-an kita kepada ALLAH. Kedekatan kita kepada ALLAH kita wujudkan dengan meninggalkan semua yang kita miliki di dunia. Apapun pangkat, derajat, posisi kita di dunia, kita harus tanggalkan. Kita berhaji dengan pakaian yang sama, yaitu hanya dengan menggunakan dua helai kain yang tidak berjahit.
Kain-kain ini tidak berjahit dan tidak berdesain. Kalau kita selama ini berpakaian safari misalnya, maka dalam ibadah haji, pakaian safari itu kita tinggalkan. Kalau dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan pakaian yang ber”merek” ternama, maka dalam ibadah haji, merek itu tidak laku sama sekali.
Kalau dalam kehidupan sehari-hari kita dipuji karena gelar Doktor, Profesor, atau Jenderal sekalipun, dalam ibadah haji kita harus ikhlas diperlakukan sama dengan mereka-mereka yang dalam kehidupan sehari-harinya menjadi murid, atau bahkan pembantu kita.
MASYAALLAH

Manifestasi Qurban Secara Praktis
Kesadaran akan manifestasi Qurban kepada ALLAH untuk hal-hal di atas, barangkali sudah cukup baik. Tetapi, akan lebih baik lagi kalau manifestasi tersebut kita wujudkan dalam konteks kekinian kita. Manifestasi Qurban kepada ALLAH itu perlu kita wujudkan lebih jauh lagi dalam praktis keseharian.
Terkait dengan hal ini, penulis mencoba mengklasifikasikan manifestasi Qurban kepada ALLAH tersebut ke dalam dua hal, yaitu:
(1) manifestasi dalam bidang material, dan
(2) manifestasi dalam bidan immaterial.

Manifestasi dalam bidang material, erat kaitannya dengan pelaksanaan zakat, infaq, shadaqah, dan mungkin pula ibadah korban yang berupa penyembelihan kambing, sabi, kerbau, onta dll. Sementara itu, manifestasi dalam bidang immaterial, erat kaitannya dengan sisi pemikiran dan prinsip-prinsip kehidupan.
(a)               Manifestasi dalam bidang Material,
Zakat, Infaq, dan Shadaqah adalah wujud kepedulian sosial dalam agama Islam. Dengan mengeluarkan zakat, infaq, dan shadaqah, ummat islam bisa berbagi kebahagiaan yang diterimanya dengan ummat islam lainnya.
Kelebihan rezeqi yang dinikmati oleh seorang ummat manusia bisa diserahkan dan diterimakan kepada manusia lain yang membutuhkan.
Terkait dengan itu, dalam rangka manifestasi qurban kepada ALLAH, di dalam kehidupan ini tampaknya kita perlu membantu Badan Amal Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS) agar lebih giat mengumpulkan dan mengelola zakat, infaq, dan shadaqah sehingga lebih memberikan manfaat kepada seluruh ummat islam yang memerlukan. Mungkin kita secara proaktif menyerahkan zakat, infaq, dan shadaqah kita secara langsung kepada BAZIS, tidak dibagikan sendiri-sendiri.
Kita juga perlu mendorong BAZIS agar lebih intensif mengidentifikasi calon muzaqqi, mendorong muzaqqi menyerahkan zakat, infaq, dan shadaqahnya kepada BAZIS, dan mengelolanya secara amanah, shiddiq, dan fathonah.
Kita perlu membantu BAZIS agar memiliki PETA orang-orang yang berhak mendapatkan zakat, infaq, dan shadaqah.
Kita juga perlu membantu BAZIS agar senantiasa tersedia peta yang valid dan kontinyu dan mengkomunikasikannya dengan baik.
Di samping itu, kita perlu membantu BAZIS (bersama dengan para muzaqqi, dan para pemimpin yang lain) memiliki program-program yang lebih baik yang bisa mengubah mustahiq menjadi muzaqqi, sehingga keberadaan mustahiq ini dari waktu ke waktu menjadi berkurang, dan ummat Islam menjadi ummat yang makmur, baik, dan diampuni ALLAH.

Di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tampaknya kita juga harus proaktif untuk menunaikan kewajiban membayar PAJAK. Sebagai warga negara yang mengakui berada dalam naungan Republik Indonesia, kita harus lebih jujur dan aktif menunaikan kewajiban membayar pajak.
Namun demikian, mungkin kita juga perlu berpartisipasi aktif untuk ikut serta mengawal pelaksanaan pembangunan sehingga pembangunan yang berlangsung bisa lebih optimal dilaksanakan.




(b)               Manifestasi dalam bidang Immaterial
Terkait dengan pelaksanaan ibadah Haji, sebenarnya, pakaian adalah segala sesuatu yang kita gunakan untuk memperlihatkan kedudukan kita. Dengan kata lain, pakaian dalam hal ini sebenarnya juga merupakan satu ibarat.
Gelar yang kita miliki, juga bisa disebut sebagai pakaian. Karena itu, tidak jarang kita mendengar istilah atau pernyataan dari seseorang “Gelar yang DISANDANG apa?”… Kata sandang adalah cocok untuk pakaian.
Karena itu, manifestasi Qurban kita kepada ALLAH lebih jauh salah satunya adalah tidak membesar-besarkannya gelar kita.
Kita tidak boleh terlalu bangga kalau pun kita sudah menyandang gelar Profesor Doktor. Kita juga tidak boleh terlalu bangga kalau kita sudah disebut Guru, Kepala Sekolah, Pengawas, Kepala Dinas, Bupati/Walikota, atau bahkan Gubernur dan Presiden sekalipun. Kita tidak boleh terlalu bangga kendatipun kita disebut sebagai Dermawan, Kyai, dan lain sebagainya. Semua hanya pakaian yang adakalanya kotor, lapuk atau bahkan robek dan rusak.
Lebih jauh kita ingin tinjau manifestasinya dalam dunia pendidikan
Manifestasi dalam Profesi Guru
Manifestasi Qurban kepada ALLAH ketika kita berprofesi sebagai guru, misalnya, adalah kita tidak boleh menempatkan diri sebagai orang yang paling pintar di kelas kita. Kita tidak boleh menganggap siswa kita hanya sebagai obyek. Kita tidak boleh menganggap mereka tidak berpotensi, dan kitalah yang menentukan keberhasilan mereka. Ingat, siswa-siswa kita itu adalah ciptaan ALLAH. Kalau kita menghina siswa kita, apakah itu tidak berarti bahwa kita juga menghina penciptanya, yaitu ALLAH.
Sebagai guru yang Qurban kepada ALLAH, kita harus menjadikan Al Qur’an sebagai pembimbing kita dalam mendidik siswa-siswa kita. Kenapa? Karena Qur’an adalah petunjuk yang diberikan kepada kita. Kalau kita memang merasa Qurban kepada ALLAH, tentu petunjukNYA itu kita pahami dan laksanakan.
Kalau di dalam Al Qur’an kita sering ditantang oleh ALLAH dengan tuntunan yang diakhiri dengan tantangan “Afala Tubshiruun”, yang artinya mengapa kalian tidak memperhatikan, maka sebenarnya dalam mendidik, kita juga harus mendorong anak kita untuk menjadi pemerhati yang baik. Ajaklah siswa kita untuk menjadi pengamat. Lakukan banyak kegiatan pengamatan.
Kalau di dalam Al Qur’an kita sering membaca tantangan ALLAH yang berbunyi “Afalaa Tatafakkaruun” yang artinya Mengapa kalian tidak memikirkan, maka sebagai guru kita juga harus mendidik siswa kita menjadi pemikir yang baik.
Kalau di dalam Al Qur’an kita sering membaca tantangan ALLAH yang berbunyi “Afalaa Ta’qiluun”, yang artinya mengapa kalian tidak menggunakan akal, maka sebagai guru kita juga harus mendidik siswa kita menjadi anak yang pandai menggunakan akal, kata lainnya kita harus mendidik siswa kita menjadi orang yang kreatif, karena orang kreatif itulah yang biasanya pandai menggunakan akal.
Afala Tubshiruun, tatafakkaruun, dan ta’qiluun ini pada dasarnya adalah esensi dari Pendekatan Saintifik. Mengingat saat ini, pendekatan saintifik merupakan esensi dari Kurikulum 2013, tampaknya guru-guru Islam perlu lebih berani mendeklarasikan diri sebagai pendukung utama terlaksananya pendekatan saintifik dalam pembelajaran di kelas.

Manifestasi dalam profesi Pemimpin Pendidikan
Melalui Ied al Qurban, Pemimpin yang Qurban kepada ALLAH harus berani menanggalkan jabatan, kedudukan, dan derajat mereka dalam kehidupan sehari-hari ketika memimpin. Mereka harus mengutamakan kedekatan mereka kepada ALLAH daripada jabatan, kedudukan, dan derajat mereka di mata anak buahnya. Semua tindak kepemimpinan yang dilakukan harus dijalankan sesuai dengan apa yang dikehendaki ALLAH.
Di dalam surat At Taubah, dua ayat terakhir, dikemukakan beberapa prinsip pemimpin yang baik. Prinsip kepemimpinan Nabi Muhammad disampaikan untuk kita tiru dalam kehidupan organisasi kita. Tiga prinsip utama dalam memimpin ini adalah sebagai berikut:
1.      Aziizun alaihi maa anittum
2.      Harishun ‘alaikum
3.      Rouuf ur rohiim
Aziizun alaihi maa anittum menunjukkan bahwa Rasul Muhammad SAW itu memiliki perasaan bahwa beban yang dipikul oleh ummatnya itu sangat berat. Beliau merasakan bahwa ummatnya banyak mengalami kesusahan.
Nah kalau kita merasa Qurban kepada ALLAH dan tertarik untuk memanifestasikan Qurban kepada ALLAH itu dalam kehidupan kepemimpinan, maka kita harus menata diri (pikiran dan perasaan kita) bahwa anak buah kita itu pada prinsipnya mengalami kesulitan. Ketika pemimpinnya berganti dan gaya kepemimpinannya berganti, ingatlah bahwa orang yang kita pimpin itu banyak mengalami kesusahan. Kita harus menyadari hal ini.
Karena itu, ketika kita mengambil suatu kebijakan misalnya, maka kita harus memikirkan dampaknya bagi orang-orang yang sudah kesusahan itu. Siapa yang diuntungkan oleh kebijakan ini, dan siapa pula yang dirugikan. Selanjutnya, mintalah kepada ALLAH untuk memberikan kita petunjuk kebijakan mana yang harus diambil.
Harishun ‘alaikum menunjukkan bahwa Rasulullah Muhammad SAW itu memiliki keinginan agar semua anak buahnya sukses. Mengikuti prinsip ini, kita tidak boleh berprinsip bahwa yang penting adalah saya terpromosikan. Yang paling penting adalah bagaimana agar anak buah kita berhasil mencapai level tertinggi mereka. Mereka yang harus kita bantu untuk mengembangkan potensinya.
Rouuf ur rohiim menunjukkan bahwa Rasulullah Muhammad SAW senantiasa mengedepankan pendekatan kasih sayang.  Artinya, pendekatan atasan bawahan (top down approach) hendaknya jangan dijadikan dasar dalam setiap pengambilan kebijakan kita. Pemimpin hendaknya tidak meminta anak buahnya menyembah dan meminta-minta. Sebelum mereka mengeluh atau bahkan meminta, seorang pemimpin hendaknya sudah mengetahui kebutuhan anak buahnya dan memfasilitasinya, tentu dengan cara-cara yang diridloi ALLAH SWT.
Terakhir, di penghujung ayat ini dikemukakan pula bahwa tiga hal itu adalah ikhtiar yang harus kita lakukan.
Kalau kita sudah berusaha, tetapi mereka tetap berpaling, maka berlakulah prinsip keempat yaitu “faintawallau faqul hasbiyallah dst”, kita cukup bertawakkal kepada ALLAH.
Sehubungan dengan itu, mari kita jalankan model kepemimpinan yang menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.      Selalu empathy kepada bawahan.
2.      Selalu mengupayakan kesuksesan bawahan
3.      Selalu menggunakan pendekatan kasih sayang
Kalau ternyata dengan semua prinsip tersebut anak buah kita belum juga menerapkan apa yang kita inginkan, dan kita telah melakukannya berkali-kali dan dengan sepenuh hati, maka serahkan semua kepada ALLAH. Bertawakkallah. Semoga ALLAH memberikan hasil yang lebih baik.

KALAM AKHIR
Ada satu hal lagi yang barangkali sering kurang kita perhatikan.
Ketika Nabi Ibrahim a.s. mendapatkan perintah untuk menyembelih anaknya, beliau tidak dengan serta merta menyembelihnya. Beliau melakukannya dengan mengadakan pertanyaan:
Wahai Anakku … aku mendapatkan perintah melalui mimpi untuk menyembelih kamu. Bagaimanakah pendapatmu?
Pertanyaan ini dijawab dengan mantap oleh Nabi Ismail a.s.
Wahai Ayahku… laksanakan apa yang diperintahkan. InsyaALLAH engkau akan menemukan aku sebagai orang yang sabar.
Apa maknanya bagi kita:
Satu hal yang pasti, bahwa beliau tidak berlaku otoriter. Beliau memperlakukan putranya sebagai orang yang memiliki akal, pikiran, perasaan, dan semua perangkat  manusia secara utuh. Beliau meminta pertimbangan anaknya. Beliau ingin mendengar pendapat anaknya.
Mungkin kalau kita juga menerapkan hal yang sama, InsyaALLAH dunia ini akan aman. Kita tidak memaksakan kehendak kita kepada orang lain, bahkan kepada anak kita sendiri. Kita selalu menghargai perasaan orang lain. Kita menganggap orang lain memiliki pandangan hidup yang perlu kita hargai.
Sungguh besar pelajaran yang kita petik.
Semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan petunjukNYA kepada kita, senantiasa membimbing kita untuk berjuang di jalanNYA, dan menjadikan kita sebagai manusia yang diridloiNYA dan bermanfaat bagi dunia kita. Semoga tulisan sederhana ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua, dan manakala ada yang kurang tepat, sebagai manusia yang lemah, ijinkan saya meminta maaf yang sebesar-besanya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Malang, Oktober 2013



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Random Post